Halo Sobat Geost di seluruh Nusantara !
Kali
ini saya mau membagikan materi tugas Kristal dan Mineral dulu pas masih
semester awal. Bagi yang mau file asli dalam bentuk Word bisa langsung download di tautan ini ya. Hargai Saya dengan cukup menulis alamat blog saya di daftar pustaka tugas kalian. Chaaao !!!!
BAB I
PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Batuan
terbentuk dari agregrat atau kumpulan dari beberapa mineral. Terkadang dengan
mampu mendeterminasi mineral pembentuk batuan, seorang geologis juga mampu
mendeterminasi nama dari sebuah batuan. Oleh karena itu, kemampuan mengenali
mineral-mineral pembetuk batuan mutlak diperlukan oleh seorang geologis. Dikutip
dari buku Rocks and Minerals karangan
Ronald Louis Bonewitz yang mengatakan, “Minerals
are stuff of which the Earth’s rocks made. A minerals is defined as a naturally
occuring solid with a specific chemical composition and a distinctive internal
crystal structure”. Apabila kita terjemahkan ke dalam bahasa indonesia maka kurang lebih akan berbunyi sebagai
berikut, “Mineral adalah benda padat homogen yang mempunyai susunan kimia dan
atom tertentu terbentuk secara anorganik di alam”. Benda padat homogen artinya susunan komposisi
kimianya homogen atau sejenis. Terbentuk secara anorganik artinya mineral
terbentuk oleh serangkaian proses geologis di alam. Jadi, secara sederhana kita
dapat mengartikan mineral itu merupakan produk yang dibentuk oleh batuan bumi.
Mineral umumnya disusun oleh dua atau lebih elemen kimia, meskipun seperti
tembaga alam, emas alam, perak alam, belerang alam merupakan elemen atau unsur
murni. Sebuah mineral diidentifikasi berdasarkan susunan dan oleh komposisi
kimia pengkristalannya. Ada lebih dari 4000 jenis mineral yang diketahui,
tetapi hanya ada 100 mineral yang umumnya dijumpai dalam batuan maupun di alam.
Ahli mineral atau sering disebut mineralogis mengklasifikasi mineral menurut
komposisi kimianya, dengan begitu dapat dimasukan dalam beberapa atau sub
kelompok. Penamaannya umumnya berdasarkan karateristik komposisi. Pertama ada
kelompok native elemen atau unsur murni, kelompok ini dibagi dalam tiga kelas
yaitu kelas metal, semi metal, dan non metal. Kedua ada kelompok sulfida,
ketiga ada kelompok oksida dan hidroksida, keempat kelompok halida, kelima ada
kelompok karbonat, keenam kelompok sulfat, kelompok tujuh ada phospat dan yang
terakhir ada kelompok silikat. Kemudian ada pengelompokkan mineral berdasarkan fungsinya
yaitu mineral pembentuk batuan (Rock Forming Minerals) adalah kelompok mineral yang keterdapatannya dalam jumlah banyak pada batuan dapat
menentukan nama batuan terutama batuan beku. Di antara mineral pembentuk batuan
itu adalah Kwarsa, Feldspar, Plagioklas, felspatoid
(foida), Olivine, Biotit, Hornblende. Feldspar merupakan mineral silica
yang paling banyak terdapat dalam batuan (lebih dari 50 %). Dalam batuan beku
mineral ini merupakan bagian terbesar yaitu sekitar 60 %, 30% terdapat dalam
batuan malihan, sisanya dalam batuan endapan seperti batu pasir (arkose dan grewak) dan konglomerat. Ada
juga pengelompokkan berdasarkan genesa atau asal mula pembetukannnya, dapat
dibedakan menjadi mineral primer dan sekunder. Mineral
primer, yaitu mineral yang terbentuk pada awal pembentukan magma atau pembentukan
batuan. Mineral primer ini biasanya menyusun batuan beku. Contoh Feldspar,
Plagioklas, Biotit, Kwarsa, Galena, Pirit. Mineral sekunder, yaitu mineral yang
terbentuk karena adanya proses ubahan atau pengaruh perubahan temperature,
tekanan atau kedunya yang di alami batuan. Mineral macam sekunder ini dapat
terbentuk karena pengaruh intrusi magma atau kegiatan atmosfir. Contoh mineral
lempung (Kaolin, Monmorilonit, Smektit, illite,
Serisit dls), Serisit, Biotit ( sekunder).
b) Maksud dan Tujuan
Seorang mineralogis atau ahli mineral bahkan masih sangat
sulit untuk mengidentifikasi mineral. Namun dengan mengenali ciri-ciri fisik
mineral berikut mendeterminasi struktur kristal dan komposisi kimianya akan
sangat membantu mengidentifikasi mineral tanpa perlu menggunakan peralatan yang
mahal. Ciri-ciri fisik itu sendiri seperti kekerasan dan densitas yang dapat
diukur secara objektif.
BAB II
ISI
a) Klasifikasi
Mineral
Sebelum kita memahami ciri-ciri fisk dan
kimia sebuah mineral, kita mesti terlebih dahulu mengetahui tentang klasifikasi
mineral agar kita selain mengetahui ciri fisik dan kimia, kita juga mengetahui
genesa (asal mula) dan keterdapatan mineral. Mineral dapat
diklasifikasikan dengan berbagai macam cara. Berdasarkan fungsi atau perannya
di alam (batuan), mineral dikelompokkan menjadi mineral pembentuk batuan dan
mineral bijih. Mineral juga dapat dikelompokkan berdasarkan susunan kimianya.
Berikut beberapa jenis pengelompokan mineral :
Mineral Pembentuk Batuan (rock forming minerals)
Kelompok mineral yang
keterdapatannya dalam jumlah banyak pada batuan dapat menentukan nama batuan
terutama batuan beku. Di antara mineral pembentuk batuan itu adalah Kwarsa,
Feldspar, Plagioklas, felspatoid
(foida), Olivine, Biotot, Hornblenda dls. Feldspar merupakan mineral silica
yang paling banyak terdapat dalam batuan (lebih dari 50%). Dalam batuan beku
mineral ini merupakan bagian terbesar yaitu sekitar 60% , 30% terdapat dalam
batuan malihan, sisanya dalam batuan endapan seperti batu pasir (arkose dan grewak) dan konglomerat.
Mineral Berdasarkan Genesa
Menurut
genesanya mineral dapat di kelompokkan menjadi mineral primer dan mineral
sekunder. Mineral primer, yaitu mineral yang terbentuk pada awal pembentukkan
magma atau pembentukkan batuan. Mineral primer ini biasanya menyusun batuan
beku. Contoh Feldspar, Plagioklas, Biotit, Kwarsa, Galena, Pirit, Kalkopirit.
Mineral sekunder, yaitu mineral yang terbentuk karena adanya proses ubahan atau
pengaruh perubahan temperature, tekanan atau kedunya yang di alami batuan.
Contoh mineral lempung (Kaolin, Monmorilonit, Smektit).
b) Ciri-Ciri Fisik dan Kimia
Melalui
pengamatan fisik yang komprehensif, sebuah mineral dapat terdeterminasi dengan
baik. Pengamatan fisik dan kimia sebuah mineral terdiri dari banyak aspek
didalamnya. Melalui tulisan ini mari kita bahas satu-persatu aspek atau poin
tersebut untuk membongkar ciri-ciri fisik sebuah mineral.
1)
Warna ( Colour )
Warna mineral merupakan kenampakan
langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian
mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung
keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Pada dasarnya warna yang
timbul pada mineral adalah sebagai akibat pembiasan cahaya pada gelombang
tertentu. Warna mineral disebabkan oleh penyerapan, atau kurangnya penyerapan, dari
berbagai panjang gelombang cahaya. Warna cahaya ditentukan oleh panjang
gelombang. Ketika cahaya putih murni (mengandung semua panjang gelombang cahaya
tampak) masuk kristal, beberapa panjang gelombang dapat diserap sedangkan
panjang gelombang lain dapat dipancarkan. Jika ini terjadi maka cahaya yang
meninggalkan kristal tidak lagi putih tapi akan memiliki beberapa warna. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu,
ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral
yang mempunyai warna khas.
2)
Kilap ( Lustre )
Kilap
adalah penampakan atau cahaya yang dipantulkan saat mineral terkena cahaya. Ini tidak ada hubungannya dengan warna atau bentuk, tapi berkaitan dengan transparansi, kondisi permukaan, dan indeks bias. Secara garis besar,
kilap dibagi dua, yaitu kilap metalik dan non metalik. Dikatakan kilap metalik
apabila kilapnya menyerupai logam. Contoh : galena, pirit, hematit.
Sedangkan untuk kilap non metalik dapat dibagi dalam
:
·
Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang
seperti intan.
·
Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada
kuarsa dan kalsit.
·
Kilap Sutera (silky luster), kilat yang
menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur
serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
·
Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan
seperti damar misalnya pada spharelit
·
Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti
lemak atau sabun, misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.
·
Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung
misalnya pada kaolin, bouxit dan limonit.
3)
Cerat ( Streak )
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk
hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan
pada bagian kasar suatu keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian
dilihat warna dari serbuk tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral,
dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun
warna mineralnya berubah-ubah.
4) Kekerasan (Hardness )
Adalah
ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat
membandingkan suatu mineral tertentu yang dipakai sebagai kekerasan yang baku.
Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan berbekas pada mineral
tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang
dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala
Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai
skala 10 untuk mineral terkeras.
5)
Belahan ( Clevage )
Belahan
merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih arah
tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah
apabila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi
bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga
dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapat
dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam struktur kritsal tidak seragam ke segala
arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka
mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan
cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat
dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur
6) Bentuk Kristal ( Crystal Form )
Seperti
kita tahu sebelumnya, ketika mineral terbentuk oleh kegiatan magmatik ada
mineral yang ketika membeku atau terbentuk mempunyai kristal, disebut
kristalin, ada juga yang mempunyai kristal banyak yang disebut polikristalin.
Namun ada juga yang tidak mempunyai bentuk kristal sama sekali yang disebut
amorf .Mineral ada yang berbentuk kristal mempunyai bentuk teratur yang
dikendalikan oleh sistem kristalnya, dan ada pula yang tidak. Beberapa mineral
mempunyai bentuk kristal yang dapat diidentifikasi sehingga dapat pula kita
mendeterminasi nama mineral tersebut
7)
Pecahan ( Fracture )
Pecahan
adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur
apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat
dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah
akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang
bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur.
- Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
- Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit, hipersten
- Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
- Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
- Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.
8)
Berat Jenis ( Specific Gravity )
Berat
jenis adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang
umum untuk menentukan berat jenis adalah dengan menimbang mineral tersebut
terlebih dahulu, misalnya beratnya X gram. kemudian mineral ditimbang kembali
dalam keadaan didalam air, misalnya Y gram. Berat terhitung dalam keadaan
didalam air adalah berat mineral dikurangi dengan berat air yang volumenya sama
dengan volume butir mineral tersebut.
9)
Sifat Dalam ( Tenacity )
Adalah sifat mineral apabila kita
berusaha untuk mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan atau
mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah :
- Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.
- Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas, tembaga.
- Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.
- Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.
10) Flourescent
Tidak ada arti khusus dalam kosakata
bahasa Indonesia apa itu arti flourescent,
tetapi secara harfiah arti dari kata flourescent
adalah ketika mineral terpapar sinar ultraviolet kemudian memunculkan variasi
warna tertentu. Beberapa mineral mempunyai warna flourescent yang menarik dan dapat dijadikan patokan mineral
tertentu. Namun, tidak semua mineral menunjukan tingkat flourescent yang sama, bahkan mineral yang sama dari lokasi yang
sama pula kadang menunjukan warna flourescent
yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
a) Kesimpulan
Ciri-ciri
fisik dan kimia mineral adalah kunci untuk mendeterminasi sebuah mineral.
Banyak faktor yang bisa digali dari ciri-ciri fisik dan kimia ini. Ketika mampu
memamparkan berbagai ciri-ciri fisik dan kimia pada sebuah mineral maka hampir
dapat dipastikan kita bisa mengenali, mendeterminasi, hingga penamaan sebuah
mineral. Ketika kita bisa mendeterminasi sebuah mineral, maka melakukan
penamaan sebuah batuan juga tidak akan sulit. Banyak tabel determinasi batuan
yang meletakkan komposisi mineral sebagai kunci penamaan sebuah batuan. Namun,
terkadang beberapa mineral ada yang memang harus dilakukan pendiskripsian
dibawah mikroskop untuk mampu mendeterminasinya, meski demikian ciri-ciri fisik
dan kimia adalah sebuah kunci untuk membuka tabir sebuah batuan. Jadi,
kemampuan mengenali ciri-ciri fisik dan kimia sebuah mineral adalah sebuah
keharusan.
b)
Kritik dan
Saran
Sangat mengapresiasi dengan adanya
tugas seperti ini, karena lewat tugas ini para mahasiswa ‘dipaksa’ memperdalam
lagi tentang materi yang mesti dipelajari. Semoga tugas Pak Hill ke depan makin
bervariasi dengan manfaat yang sarat makna.
DAFTAR PUSTAKA
Louis,
Ronald & Bonewitz. (2008). Rocks and
Minerals The Definitive Visual Guide. London : Dorling Kindersley.
Staf Asisten Laboratorium
Geologi. (2004). Modul III Praktikum
Kristalografi. Bandung : Universitas Islam Bandung
Hikari,
Irfan. (2011). Klasifikasi-Mineral-Berdasarkan-Pada.
http://dunia-atas.blogspot.com/2011/05/klasifikasi-mineral-berdasarkan-pada.html.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2013
Excalibur,
Minerals Corp. (2013). Mineral News. http://webmineral.com/help/Fracture.shtml#.Uq8LILQ8fp5.
Diakses pad tanggal 15 Desember 2013
No comments:
Post a Comment