Terlahir nama dengan Cahyo Utomo Putro pada tanggal 07 Oktober 1991 di
Kota sepi namun penuh kedamaian, Purworejo. Namun aku besar dikota gudeg
Jogjakarta. Makanya gak heran kalo sampai-sampai akteku adalah “wong jogja”.
Alumni siswa SMK 2 Depok Sleman (dulunya STM Pembangunan Yogyakarta) yang kini
Alhamdulillah berkuliah di STTNas Yogyakarta sebagai mahasiswa teknik geologi.
Setelah lulus dari SMK 2 Depok sempat bekerja selama 2 tahun disekitar
Kalimantan. Dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur, Dari Pengawas
tambang bauksit hingga pengawas bor batubara. Dari sebagai kuli hingga sebagai
supervisor. Dari bekerja dibawah garis khatulistiwa hingga bekerja dibawah
rimbunnya hutan. Dari bekerja dilingkungan
saling menjatuhkan hingga bekerja dilingkungan yang penuh persaudaraan.
Alhamdulillah semuanya pernah aku rasakan pada saat aku masih muda, pada saat
aku belum punya tanggungan, pada saat aku haus akan pengalaman kehidupan, pada
saat aku bisa berdiri sendiri, pada saat aku selalu diberi kesehatan, dan pada
saat ibuku selalu ada mendukung dan mendoakanku dari belakang. Semuanya
diberikan ketika pada saatnya, semuanya diberikan saat aku lelah menjalani
ketidakadilan hidup, dan semuanya diberikan saat aku belum mengetahui makna
indah dari berbagi.
Kini dengan apa-apa yang telah aku
dapatkan, pelajari, dan amalkan, aku bisa seutuhnya menjadi ‘manusia’ .
Mensyukuri apapun yang telah aku dapatkan. Menyadari bahwa segala sesuatu
tercipta bukan tanpa tujuan. Memahami kebesaranNya dimanapun aku berada.
Mengerti bahwa rezekiNya selalu ada dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun
ketika kita berusaha memberikan yang terbaik. Dan pada akhirnya aku tak bisa
menyangkal bahwa Dia selalu ada untuk hambaNya, Dia selalu memberikan apa yang
kita butuhkan bukan yang kita inginkan, dan Dia selalu menjawab doa-doa
hambaNya, bagaimanpun keadaan hambaNya, kapanpun hambaNya berdoa, dan dimanapun
hambaNya berada. Dia selalu menjawabnya teman, percayalah, cepat atau lambat Dia
selalu mengabulkannya.
Lewat kerasnya dunia tambang, aku ditempa menjadi orang yang kuat secara
mental dan fisik. Pertama melakukan kegiatan pemetaan batubara di Kalimantan
Tengah rasanya ingin pingsan, karena dari pagi hingga sore mesti berjalan naik
turun bukit, menerabas lebatnya hutan Kalimantan, dan mandi disungai Barito.
Ibarat pesawat terbang ketika ia take off
, maka ketika pertama kali melakoni jalan hidup geologist rasanya tak sanggup,
ingin menangis, dan seketika ingin pulang ke rumah. Bulan-bulan pertama aku
menjalaninya dengan penuh keluh kesah didalam hati. Setiap hari berjalan sejauh
10 km pulang pergi, ketika sudah sampai di basecamp hari sudah menjelang senja
dan langsung mandi disungai Barito. Malamnya mengerjakan laporan hingga larut
malam kadang hingga pagi. Paginya harus siap lagi berangkat ke lapangan dengan
badan yang masih lelah. Ya Tuhan, episode hidup apa lagi yang mesti hamba
jalani ini? Setiap malam menjelang makan malam aku selalu termenung disudut
bascemap memandangi sungai Barito. Melamuni hal-hal berat yang mesti aku
jalani, terkadang air mata ini menetes dengan sendirinya, merasakan kerasnya
kehidupan yang mesti aku jalani. Namun didalam hati aku tetap memasrahkan
kehidupanku seutuhnya kepada Sang Khalik, berharap dibalik ini semua nantinya
aku bisa menjadi laki-laki yang lebih baik, laki-laki yang tahan banting, dan
laki-laki yang senantiasa dekat padaNya.
“Karena
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.”
Hingga
kemudian aku menemukan kemudahan dibalik
penatnya kehidupanku saat itu. Aku bertemu dengan Pak Ady Mubarrak dan
Mas Rochman. Pak Ady yang notabene adalah atasanku sering mengajak aku untuk
berkumpul dan bercanda ria, mengajak aku untuk selalu tersenyum ketika aku
sedang mengalami fase-fase paling berat dalam kehidupan, dan yang terpenting
dia selalu menjadikan kami semua adalah sebagai keluarga. Tidak ada gap
diantara kita, tidak ada bos dan anak buah, dan tidak ada yang tidak saudara.
Semua adalah saudara yang bekerja seperti keluarga. Dan ada juga Mas Rochman
yang sangat cakap dan ahli dalam pemetaan batubara. Dari tahap eksplorasi
hingga penambangan dia tahu semua, tak hanya itu ia juga memiliki fisik yang
sangat kuat ketika dilapangan meskipun ia seorang perokok berat. Mas Rochman
juga sering mengajak kami semua bercanda dihutan hingga peluh dan lelah kami
tidak terasa. Darinya aku banyak belajar tentang apapun dan bagaimanapun
seorang geologis dilapangan. Satu hal yang aku ingat darinya adalah :
“Seberapapun berat pekerjaan bila
dibarengi dengan tawa dan canda,
maka tidak akan pernah terasa berat”
Disana
aku juga bertemu dengan ahli pengukuran dan pemetaan, Mbah Suro kami
memanggilnya. Ia adalah orang jawa timur yang sangat kental budaya kerasnya.
Meskipun begitu ia sebenarnya adalah orang baik dan sering mengajariku hal-hal
yang berbau survey. Bahkan, aku dipercaya sebagai assisten surveyor ketika ia
diberi tugas untuk memetakan lubang bor dan daerah topografi disekitar.
Aku
sangat bersyukur bertemu dengan orang-orang seperti ini, dari mereka aku
memperoleh banyak hal. Pengetahuanku bertambah pesat, ketrampilanku menjadi
terasah, dan yang terpenting aku telah ditempa sebagai seorang coal geologist sejati. Ketiga orang ini
telah memberi warna dalam kepribadianku dalam memandang pekerjaan coal geologist, dan mereka ini selalu
mengajarkanku tentang kebaikan, agama terutama. Pak Ady selalu marah ketika
tahu aku tidak sholat, bahkan mas Rochman akan marah apabila aku sedang belajar
kemudian aku lupa untuk menunaikan kewajibanku sebagai muslim, meski ia seorang
protestan.
Diawal
aku bekerja disini aku sangat menyesal, sedih, dan tak kuat. Namun kini ketika
proyek ini telah usai, aku menjadi sosok yang paling bersykur, bahagia, dan
kuat secara fisik maupun mental. Benar-benar Dia telah menunjukan KebesaranNya,
kasih sayangNya, dan keberadaanNya.
Buatku,
pengalaman bekerja disini lebih dari pengalaman bekerja, tetapi juga pengalaman
spiritual, dimana Dia selalu menjawab doa setiap hambaNya. Apapun keadaanku
saat berdoa, Kapanpun aku berdoa, dan Bagaimanapun saat aku berdoa. Dia Maha
Besar, Dia Maha Kasih, dan Dia Maha Pemurah.