Friday, September 19, 2014

Tugas Batuan Karbonat



BAB I
PENDAHULUAN

a) Latar Belakang
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya. Batuan karbonat sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986). Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi REijers & Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan batugamping.. Dalam prakteknya adalah terutama gamping (limestone) dan dolomit. Sedimen karbonat dihasilkan dari proses organik biokimia pada llingkungan laut bersih, hangat, shallow water. Daerah tropikal dan subtropikal dapat mencerminkan kondisi tersebut. Keadaan tertentu dapat ditunjukan sebagai faktor sedimen karbonat, misalkan karena adanya produksi sedimen yang tinggi dan akumulasi kalsium karbonat dari cangkang organisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimen karbonat adalah :




1. Garis lintang dan iklim
Karbonat yang terbentuk pada air hangat neritik (0 – 200 m) terakumulasi pada garis lintang 30­0 utara dan selatan equator. Biasanya terbentuk dari pecahan organisme seperti koral, dengan pertumbuhan terbaik pada kedalaman kurang dari 30 m. Sedimen planktonik terbentuk pada kedalaman yang lebih dalam dengan garis lintang 400 utara dan selatan. Endapan pada air dingin neritik terletak pada garis lintang 200 – 400 , terbentuk dari bryozoa, moluska dan foraminifera. Iklim dapat mengontrol rata-rata evaporasi atau hujan, mempengaruhi komposisi air laut dekat batas kontinental dan restricted basin.
2. Penetrasi cahaya
Penetrasi cahaya berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman air, tingginya garis lintang dan berkurangnya kejernihan air. Karbonat tumbuh pada zona shallow neritik , diatas 10 – 20 m dari permukaan laut. Batas terendah penetrasi cahaya berkisar antara 100 – 150 m yang merupakan batas zona euphotic, zona dimana fotosintetik organisme terjadi.
3. Salinitas
Keanekaragaman dan kelimpahan organisme laut terdapat pada salinitas normal marine yaitu 30 – 40 ppt (normal air laut sekitar 32 – 36 ppt).
b) Batasan Masalah
            Pada kesempatan kali ini pembahasan topik atau batasan masalah hanyalah sebatas pengenalan batuan karbonat secara umum saja, mengingat masih dangkalnya pengetahuan penyusun terhadap masalah yang akan dibahas. Namun, apa yang disajikan pada kesempatan kali ini adalah hasil maksimal penyusun dalam mencoba memahami dan menjabarkan masalah.
c) Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan hanya   mengkaji masalah - masalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan batuan karbonat?
2.        Bagaimana batuan karbonat  terbentuk?
3.      Apa saja mineralogi yang membentuk batuan karbonat?
4.      Bagaimanakah tekstur batuan karbonat?
BAB II
ISI

a) Petrologi Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah batugamping.
Singkapan batugamping berumur kapur

Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan butiran reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan oleh organisme, sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non organik yang  terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada batuan terigen klastik yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.
lime mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang sangat halus lebih kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik or lempung versi karbonatlah) dibagi dua jenis yaitu micrite yaitu butiran karbonat berukuran <0.004 mm dan microsparite berukuran atnara 0.004 dan 0.06 mm (Raymond, 2002). Komponen - komponen lainnya ada juga semen karbonat yang genetiknya lebih kearah diagenesis (sementasi) karbonat dan fragmen yang lebih kasar dalam batuan karbonat dikenal sebagai allochem (memliki jenis yang macam-macam. Secara umum dibagi dua , yaitu: yang berasal dari cangkang fosil atau skeletal grain dan fragmen yang bukan dari tubuh fosil atau murni hasil presipitasi).

a.1) Jenis-Jenis Batuan Karbonat
Pada umumnya batuan karbonat dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
2. Batuan karbonat yang bersifat klastik
3. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
4. Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin

a. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
Tipe batuan ini paling banyak didapatkan dalam batuan karbonat Tersier di Indonesia. Tipe ini sering membentuk tebing terjal pada singkapan, masif tak berlapis atau perlapisan buruk yang hanya kelihatan dari jauh.
Tipe gamping terumbu ini sering disebut “Boundstone” oleh Dunham, sedangkan berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau pecahan-pecahan kerangka Embrie dan Klovan membuat klasifikasi : Framestone, Bindstone, Bafflestone, Rudstone dan Floatstone.
Terdapat beberapa klasifikasi batugamping yang dapat digunakan, tetapi dalam industri minyak, klasifikasi Dunham (1962) yang dimodifikasi oleh Embry dan Klovan merupakan klasifikasi yang biasa digunakan. Klasifikasi Dunham didasarkan pada tekstur pengendapan awal. Faktor utama dalam dalam klasifikasi ini yang perlu diamati adalah :
Jika tekstur pengendapannya tidak dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham tidak dapat digunakan, batuan harus dideskripsi berdasarkan ciri fisik atau diagenesis


Batugamping Kerangka
Jika tekstur pengendapannya dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham dapat digunakan dengan pembagian sebagai berikut :
- butiran kurang dari 10% dari seluruh batuan maka disebut mudstone. Mudstone terdapat dalam lingkungan carbonate platform dan cekungan. Calcareous mudstone berasal dari hancurnya calcareous alga hijau, pemisahan partikel-partikel skelatal besar, dan kemungkinan penyerapan inorganik dari air laut. Mudstone pada lingkungan cekungan dan slope berasal dari winnowed platform muds (periplatform ooze) atau berasal dari cangkang-cangkang nannoplankton coccoliths (nannofosil ooze). Mudstone berakumulasi pada lingkungan energi rendah.
- butiran lebih dari 10% dengan tetap didominasi oleh lumpur disebut wackestone, sedangkan bila butiran tidak didukung lumpur tetapi dengan matriks disebut packstone. Wackestone dan packstone diendapkan pada lingkungan energi transisi dimana arus tidak dapat memindahkan seluruh lumpur dari area tersebut dan tidak dapat memisahkannya dari butiran pasir. Area tersebut juga merupakan lingkungan energi rendah seperti pada mudstone hanya saja lebih dekat pada tempat dimana butiran-butiran pasir diendapkan, atau persentasi butiran-butiran pasir lebih tinggi diproduksi pada tempat pengendapan tersebut.
- Batuan seluruhnya berupa butiran disebut grainstone. Grainstone terbentuk dari butiran skeletal dan non skeletal; bioclast, ooids dan peloids. Umumnya terbentuk pada lingkungan energi tinggi seperti beaches, shoals atau nearby reefs.
- Jika butiran diikat pada waktu pengendapan oleh binding, baffling dan aktivitas framebuilding pada terumbu-pembangunan organisme disebut boundstone.
- Floatstone dan rudstone, ditambahkan pada klasifikasi Dunham untuk menggambarkan terumbu yang kasar-diperoleh dari endapan skeletal. Muddy floatstone adalah butiran skeletal dalam matriks lumpur; sandy floatstone mengandung matriks calcareous sand. Rudstone mungkin bersih, tanpa matriks, atau dengan pasir atau matrik lumpur antara tekstur yang didukung butiran.
- Framestone dan bafflestone terbentuk oleh pembangun terumbu skleletal robulus, seperti corals, stone red algae, bryozoa. Bindstone biasa sebagai komponen pada reef flat. Stromatolite alga merupakan bentuk tipe dari tekstur bindstone.
Batugamping terumbu adalah jenis sedimen biologi, yang merupakan suatu susunan dari rangka-rangka organisma yang terdiri atas Algae, Koral, Moluska dan Foraminifera.
Ditinjau dari segi ekologinya, organisma pembentuk terumbu dapat berkembang dengan baik dan mempunyai penyebaran pada daerah neritik yang dangkal dengan kedalaman maksimum 60m. Selain itu organisma pembangun terumbu memerlukan pula syarat untuk kelancaran hidupnya, yaitu sebagai berikut :
1. Sirkulasi air yang baik, berguna untuk membawa makanan dan pergantian oksigen.
2. Air laut yang bersih dan tidak dikotori sedimen, karena hal ini akan memudahkan masuknya sinar matahari untuk dapat diterima oleh organisma.
3. Salinitas yang normal, berkisar antara 27-38 perseribu.
4. Temperatur air yang agak hangat, antara 20-300C.
b. Batuan karbonat yang bersifat klastik
Tipe klastik ini dapat dibagi lagi menjadi :
a. Bioklastik
b. Interklast/fragmenter
c. Chemiklastik
Gamping Tipe Bioklastik
Tipe gamping ini terdiri seluruhnya dari cangkang-cangkang atau fragmen-fragmen kerangka organisme. Biasanya dicirikan bahwa fragmen/cangkang pernah lepas, terutama jika ditransport.

Coquina
Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapannya terdiri dari :
1. Sering merupakan laut yang beragitasi “shoal”, bagian-bagian dangkal dekat pantai (litoral) terutama jika bertekstur grainstone-packstone dengan partikel-partikel terabrasi.
2. Dapat pula dibagian-bagian teduh dekat suatu reef, dilagoon, difore reef; merupakan lembaran-lembaran dari reef yang dipecah-pecah gelombang kebagian air tenang, terutama jika bertektur packstone ataupun wackstone, dengan butiran yang terabrasi. Di fore reef biasanya merupakan breksi-talus runtuhan dari reef, terdiri dari pecahan-pecahan cangkang koral.
3. Sering pula neritik; misalnya jika terdiri dari organisme benthos, tanpa adanya abrasi, misalnya gamping foraminifera besar yang membentuk “bank” atau “biostrome”


Termasuk kedalam tipe bioklastik adalah gamping pelagis : terutamater diri dari globigerina dan textularia yang menghujani dasar laut dan sering membentuk kapur/chalk.
Terdapatnya gamping bioklastik; sering membentuk “biostrome” atau “bank” tetapi dapat pula sebagai “bioherm”.
Gamping Klastik Tipe Fragmenter (Bioklastik Maupun Chemical)
Jenis ini sering pula disebut “dendrital limestone” (Pettijohn, 1957, p. 401) namun istilah ini tak dianjurkan untuk dipakai. Tipe klastik fragmenter terdiri dari fragmen-fragmen yang asalnya tak jelas, dan dapat merupakan campuran. Istilah yang sering dipakai: calcarenite (<2 mm) dan calcirudite (> 2 mm) juga Grainy Limestone, Granular Limestone.
Cara terdapatnya jenis gamping ini adalah berlapis baik sering menyerupai batupasir dan dengan struktur sedimen silang siur, gelebur-gelombang dan sebagainya.
Gamping Tipe Peralihan
Peralihan ke gamping bioklastik adalah biasa, sehingga menimbulkan persoalan klasifikasi. Sebaiknya didiskripsi yang baik. Juga peralihan/pencampuran oolite/pellet sering terjadi. Klasifikasi Dunham(1961) dipergunakan dalam diagran klasifikasi ini.
Tipe lain adalah Interklast : hasil perombakan/ erosi lapisan yang baru diendapkan. Biasanya berbutir kasar, sehingga sering merupakan breksi atau konglomerat.
Lingkungan Pengendapan
Gamping jenis ini pada umumnya, terutama yang bertekstur grainstone, diendapkan secara mekanis oleh arus laut. Konsep rezim aliran berlaku pula untuk tipe batuan ini, dan semua sturktur sedimen termasuk urutan-urutan turbidit dapat diharapkan. Misalnya : dibagian luar suatu shelf (platform) dimana banyak arus.
Contoh : Bagian bayangan angin dari terumbu pulau Seribu (Umbgrovw 1929) terdiri dari klastik rombakan dari terumbu. Jika butir-butir rombakan ini banyak mengandung matrix (packstone), maka sering dibagian yang terlindung dari arus gelombang (backreef), beralih pada tipe gelombang aphanitic (wackstone).
Gamping Tipe Chemiclastic atau Klastik Non Fragmenter
Tipe gamping ini jarang didapatkan di Indonesia, tetapi batuan ini merupakan reservoir minyak yang penting. Pengendapan dapat diamati di Kepulauan Bahama dan Great Salt Lake (USA).
Tipe batuan ini sering bergradasi ke tipe bioklastik dan tipe klastik fragmenter, malah campuran dari ketiga unsur sering terdapat bersama-sama.
Lingkungan Pengendapan dan Proses Pembentukkan
Agassiz (1896), oolit adalah pengendapan eolian, sedangkan penulis-penulis lain menyatakan sebagai marine. Masalah lain adalah apakah oolit diendapkan secara fisika-kimiawi (Vaughn, 1914), colloid gelatin atau atas bantuan ganggang cyanophycea (Rothpletz, 1892 dan wethered 1895). Menurut Bradley 1929, Bucher 1918, Eardly 1938, berdasarkan pengamatan di Great Salt Lake dan Green River Formasi, oolite dibentuk dalan air yag diombang-ambing (diagitasi) secara kuat/keras, dekat garis pantai, terlihat sering berasosiasi dengan struktur lapisaan silang-siur (cross bedding).
Illings (1954) menyatakan bahwa oolit terjadi di laut dangkal yang “supersaturated” akan kalsium karbonat, dan dimana terjadi aliran-aliran marine yang cukup kuat.
Eardly (1938) menyatakan bahwa karbonat diendapkan dipermukaan air sebagai kristal kecil (< 2 micron) yang kurang larut daripada butir-butir yang lebih besar. Setidaknya jatuh didasar laut dan waktu yang sama sejumlah molekul yang sama keluar dari larutan mengendap pada butir yang lebih besar. Butir ini tumbuh secara oolitis, karena akresi dan juga “corrosion” menjadi bundar, sewaktu diombang-ambing oleh arus.
c. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
Gamping jenis ini terdiri dari butir-butir < 0,005 mm, tidak dapat diketahui
apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan-pecahan gamping) atau kristal-kristal halus.
Cara Pembentukkan
Cara pembentukkannya yaitu :



1. Dari penggerusan gamping yang telah ada, pengancuran terumbu oleh gelombang (micro-granuler-clastics).
2. Dari pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang telah kelewat jenuh akan CaC03, sebagai jarum-jarum aragonit.
3. Dari pengendapan dengan bantuan ganggang hijau (chlorophycea) sebagai jarum-jarum aragonit.
Lingkungan Pembentukkan
Lingkungan pembentukkannya yaitu :
1. Diendapkan didaerah dangkal yang terlindung lagoon dibelakang terumbu.
2. Penguapan yang kuat, temperatur tinggi/tropis/subtropis
3. Dengan bantuan ganggang.
Biasanya kaya akan zat organik dan diacak-acak oleh binatang, sehingga tidak memperlihatkan perlapisan.


d.      Tipe Batugamping Kristalin
Gamping kristalin kasar tidak dibentuk secara langsung dari endapan, tetapi biasanya dari hasil rekristalisasi dari gamping yang lain, dan gamping klastik ataupun gamping terumbu maupun afanitik. Proses ini terjadi pada diagenesa dapat disebut neomorphosme. Gamping kristalin kasar mungkin juga diendapkan secara langsung dalam asosiasi dengan pengendapan evaporit. Dolomit biasanya terdapat selalu secara kristalin, berbentuk anhedral, bertekstur mosaik dan sukrosik.






Batugamping Kristalin

Cara terbentuknya batuan ini, terbagi menjadi tiga yaitu pertama pengendapan langsung dalam supratidal atau evaporit. Kedua pengendapan dalam pori-pori gamping klastik di daerah supratidal, sebagai hablur kemudian partikel kalsit terlarut. Ketiga proses ubahan (replacement) suatu terumbu yang terangkat ke daerah supratidal dengan proses seepage reflux.
Pada pembentukan dolomit harus memenuhi syarat dimana konsentrasi Mg/Ca ratio =   5 : 1, sehingga diperlukan penguapan yang luar biasa. Hal ini dapat terjadi di daerah gurun atau daerah tropis yang kering.



b) Tekstur Batuan Karbonat
Kalsit bisa hadir dalam tiga bentuk tekstural:
1.  Butiran karbonat (carbonate grain) seperti ooid dan skeletal grain, yang berukuran silt sampai yang kasar berupa agregat kristal kalsit,
2.  Mikrokistalin kalsit atau carbonate mudy ang secara tekstural analog dengan mud di batuan sedimen silisiklastik namun lebih kecil lagi,
3.    Sparry calcite, yang mengandung kristal kalsit yang lebih ‘kasar’ hanya terlihat dibawah mikroskop.
Geologis pada awalnya menganggap batugamping merupakan batuan kristalin dengan kandungan foisil dan garam karbonat hasil presipitasi dalam air laut. Sekarang kita tahu bahwa batuan karbonat itu tidak hanya bertekstur ‘kristalin’ tapi juga berupa agregat karbonat yang terikat semen karbonat hasil presiptasi. Disamping butiran  yang mengalami transport mekanis seperti sebelum diendapkan (klastik). Folk (1959) menggunakan istilah allochem (baca: alokem) untuk jenis butiran karbonat yang tidak mengalami persipitasi kimia normal bersama tubuh batuan. Seperti batuan sedimen lainnya butiran karbonat juga bervariasi ada yang brukuran silt kasar (0.02 mm), sand (lebih dari 2 mm). Karbonat grain dapat dibagi dalam  epat jenis, tiap jenis mencirikan bentuk, struktur internal, dan mode dari originnya: klas karbonat, ooid, peloid, dan butiran agregat (Boggs, 2006).

    Klas Karbonat Atau Carbonate Clast (Lithoclast)

Merupakan fragmen batuan karbonat yang berasal dari hasil erosi batugamping, di darat atau erosi secara pasial dan sempurna dari sediemn karbonat yang terlitifikasi di dalam cekungan pengendapan (Boggs, 2006). jika klas karbonat berasal dari batugamping lebih tua yang hadir di darat dan sourcenya berasal dari luar cekungan pengendapan (depositional basin), maka dikenal sebagai extraclast. Jika berasal dari dalam basin karena erosi dari semiconsolidated arbonate sediment di lantai laut, atau tidal flat yang berdekatan, atau carbonate beach (beachrock) maka dikenal dengan intraclast. Perbedaan antara ekstraklas dan intraklas memiliki implikasi yang penting terhadap interpretasi dari sejarah transport dan pengendapan dari batugaming. Ekstraklas biasanya mengandung iron-stained rim (pengotor besi) yang dibawa saat pelapukan terjadi, yang dapat hadir dalam bentuk urat. tapi tetap saja distingsi (perbedaan) ini cukup sulit untuk diamati.
Litoklast memiliki range dari sangat halus sampai ukuran pasir dan gravel, namun fragmen yang umum hadir seukuran pasir, menunjukan tekstur yang sama dengan butiran klas (litik) lainny tapi butiran subangular bahkan angular mengidikasikan sejarah transport dan kematangan dan sebagainya. beberapa klas menunjukan struktur dan tekstur internal seperti laminasi, klas yang lebih tua, butiran siliisklastik, fosil, ooid, atau pellet, tapi kebanyakan homogen secara internal. litoklas ini tidak melimpah jumlahnya dalam batuan karbonat jika dibandingkan dengan komponen karbonat lainnya.
Dari penjelasan diatas kurang lebih litoklas (intraklas dan ekstraklas) analog dengan lithic fragmen di batuan sedimen kasar silisiklastik. yaitu berasal dari hasil pelapukan batuan karbonat sebelumnya.

B.     Skeletal Grain (butiran cangkang)
Butiran ini berasal dari fragmen tubuh (cangkang) fosil organisme. Menurut beberapa penulis (Nichols, Raymond, Boggs, dan Tucker) cangkang pada batuan karbonat kebanyakan disusun oleh aragonit (polymorf dari kalsit) yang mana menurut dunham dapat berubah menjadi kalsit selama proses diagenesis terjadi.





C.    Non skeletal grain (butiran non-cangkang)

Ini adalah fragmen non cangkang (non fosil). Tekstur ini termasuk jenis yang  banyak dijumpai dalam fragmen karbonat. Tekstur ini memiliki jenis yang bermacam-macam, menurut Folk (1959, dalam Tucker 1990) dibagi kedalam: coated grain (ooid, oncoid, pisoid, dan lain lain) dan non-coated grain (peloid, aggregate, dan clast) atau dalam boggs (2006) seperti dijelaskan diatas ada lithoclast (intra  dan ekstraklas), ooid, peloid, dan aggregate grains. Menurut Tucker (1990) Ooid merupakan tipe non skeletal yang coated grain (butirannya diselimuti laminasi atau lapisan tipis karbonat). menurut Boggs butiran ini menyerupai nucleous (inti) yang diselimuti oleh laminasi tipis karbonat. nucleous ini isinya bisa berupa material terigen (butir pasir), cangkang fosil, butiran karbonat, atau apa saja.
Menurut boggs (2006), coated grain ini terbentuk akibat saturasi larutan karbonat dalam air (laut or danau or dimana aje) dimana bottom current (arus bawah) yang kuat terjadi menyebabkan agitasi dan saturasi yang tinggi dari larutan ion karbonat dalam fluida memugkinkan presipitasi karbonat (kalsit atau aragonit) membungkus material (nucleous) tadi dan tadaaaa… terbentuklah coated grain (ooid). batuan karbonat yang dibentuk dari fragmen fragmen ooid ini terkadang dikenal oolite (makanya ada istilah oolitic grainstone, wackestone dan lain lain).



c) Mineralogi Batuan Karbonat
Dalam dunia karbonat, ada beberapa mineral penting dan umum didapati dalam batuan karbonat, atau dalam bahasa lainnya batugamping. Mineral ini sangat penting untuk dipelajari kalau Anda sekalian ingin mendalami dunia karbonat. Atau setidaknya akan berhadapan dengan karbonat di lapangan baik dalam studi kuliah lapangan ataupun pemetaan geologi.

1. Aragonite (CaCO3)
Kristal Orthorombik, mineral karbonat yang paling labil, berbentuk jarum atau serabut, umumnya diendapkan secara kimiawi langsung dari presipitasi air laut.
2. Kalsit (CaCO3)
Kristal Hexagonal, mineral batuan karbonat yang lebih stabil, biasanya merupakan hablur kristal yang bagus dan jelas. Dijumpai sebagai hasil dari rekristalisasi Aragonite, serta sebagai semen pengisi ruang antar butir dan rekahan. Sangat umum dijumpai dalam batugamping.



3. Dolomit (CaMg (CO3)2)
Mineral ini mirip banget sama mineral kalsit, namun secara petrografis memiliki indeks refraksi yang berbeda. Mineral ini bisa terjadi langsung karena presipitasi air laut, tepi lebih seringnya karena replacement mineral kalsit.

4. Magnesit (MgCO3)
Kristal Hexagonal, dapat terjadi akibat pergantian mineral kalsit dan dolomit, namun sering terjadi akibat dari rombakan batuan yang memiliki kandungan magnesiun silikat.
Terdapat mineral-mineral karbonat lainnya yang sengaja tidak dijelaskan karena kurang memiliki arti penting, yaitu: Siderit, Ankerit, Rodokrosit, dan sebagainya.
KARAKTERISTIK KOMPONEN BATUAN KARBONAT MIKROFASIES
Menurut  Tucker  (1991)  komponen  penyusun  batugamping  dibedakan  atas  non  skeletal
grain, skeletal grain, matrix, dan cement.
1). Non Skeletal Grain, terdiri dari : a. Ooid
dan Pisolid
Ooid  adalah butiran karbonat  yang berbentuk bulat  atau  elips  yang mempunyai satu
atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya
partikel karbonat  atau butiran kuarsa. Ooid memliki ukuran butir  < 2  mm dan apabila
memiliki ukuran > 2 mm disebut pisoid.







b.  Peloid
Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau meruncing yang tersusun
oleh micrite dan tanpa struktur internaL Ukuran dari peloid antara 0,1 - 0,5 mm.




c.  Pellet
Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm berbentuk spheris atau elips dengan komposisi
CaCO3. Secara genetic pellet merupakan kotoran dari organisme.
d. Agregat dan Intraklas
Agregat  merupakan  kumpulan  dari  beberapa  macam  butiran  karbonat  yang  tersemen
bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan
intraklas ialah fragmen  dari sedimen yang sudah  terlitifikasi atau setengah  terlitifikasi yang
terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/ tidal flat.
2).  Skeletal Grain
Merupakan  butiran  cangkang  penyusun  batuan  karbonat  yang  terdiri  dari  seluruh
mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan  dari fosil-fosil  makro.  Cangkang ini  merupakan
allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping.
3).  Lumpur Karbonat dan Micrite.
Micrite adalah matriks yang biasanya berwarna gelap.  Pada batugamping hadir sebagai
butir  yang  sangat  halus.  Micrite  memilliki  ukuran  butir  kurang  dari  4  um.  Micrite  dapat
mengalamai alterasi dan dapat tergantikan oleh mosaik mikrospar yang kasar.
 4).  Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga
pori yang  terendapkan  setelah  fragmen  dan  matriks.  Semen dapat berupa  kalsit,  silika,
sulfat atau oksida besi.





d) Geokimia Batuan Karbonat
Batuan karbonat tersusun oleh  ion kalsium (Ca2+), ion Magnesium (Mg2+), dan tentu saja karbonat (CO3-). kalsium adalah logam umum yang dijumpai pada hampir semua batuan karbonat (baik batugamping maupun dolomit) dan magnesium merupakan komponen yang penting dalam dolomit. Kadar SiO2nya rendah. Kelimpahan silika yang banyak pada batuan karbonat tergantung pada kandungan lempung silisiklastik yang ikut terendapkan bersama butiran karbonat yang mengakibatkan kadar besi, silikat, dan alumina juga meningkat saat dianalisis kandungan kimianya.
            Banyak juga unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak. Elemen-lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li. Konsetnrasi elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari batuan tapi juga oleh tipe dari kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal dalam batuan. Banyak konsetnrat organisme dan unsur jejak yang ikt terbawa oleh fosil konsentrat ini diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam struktur sekeltalnya.
            Pada batuan  karbonat secara umum komposisi mineral utamanya adalah aragonite. Aragonit ini akan berubah menjadi   kalsit dan dolomit. Kalsit (CaCO3) juga mengandung magnesium dalam formulanya. Pada kristal rombohedral kalsit kalsium dapat diganti oleh magnesium yang mampu ‘mempertahankan’ struktur yang sama ketika kalsium ini larut dalam air untuk membentuk polimorf dolomit.  Ion magnesium dan ionkalsium ini mempunyai ukuran yang sama. Maka, kita mengenal istilah low-magnesium calcite (atau disebut kalsit) nilai MGCO3nya kurang dari 4% dan high magnesian calcite mengandung MgCO3 lebih dari 4%.  Kandungan kalsit yang tinggi ini menjadikan batugamping berubah menjadi dolomit. Dikenal juga istilah stoichiometric dolomite, merupakan jenis dolomite dengan perbandingan mol massa Mg dan Ca dalam dolomite 50% dan susunan ioannya teratur, beberapa sumber lain menyebutkan (wikipedia dimana lagi) bahwa suhu yang tinggi (mencapai 100 deg C) mampu mempercepat pertukaran ion Mg dan Ca dalam struktur yang teratur maka produknya disebut stoichiometric dolomite tadi.
Mineralogi dan kimia dari sedimen karbonat dapat secara kuat dipengaruhi oleh komposisi fosil organisme kalkareous yang hadir, sebagai contoh, banyak moluska seperti pelecypoda, gastropoda, pteropoda, chotons, dan chepalopoda, alga hijau, stromatoporoid, scleractinian corals, dan annelida (skeletal grain semua) membentuk cangkang aragonit. Echinoid, crinoid, foram bentik, dan corallin alga merah secara umum kaya akan magnesium kalsit. Beberapa organisme lain yang mensekresi karbonat seperti foram planktonik, coccolith, dan brachiopoda, memiliki low-magnesian calcite pada cangkangnya.
Beberapa studi elemen jejak telah dilakukan pada mienral karbonat (Parekh et al 1977., Tlig dan M’RAbet 1985; Thomas, 1993). Secara umum nilai elemen  rendah, karena kebanyakan unsur jejak tidak mengganti secara langsung unsur unsur lain dalam mineral karbonat (originnya gak bareng sama keterbentukan karbonat itu sendiri). Sebagai contoh dolostone dan batugamping (induk) yang berhubungan di Tunisia memiliki kelimpahan REE yang rendah (Tlig dan M’RAbet, 1985). lebih jauh lagi, kerja Tlig dan M’Rabet ini menunjukan bahwa dolomitisasi tidak menghasilkan perubhan radikal dari bentuk pola REE yang hadir tapi menurunkan nilai REE secara umum. maka, jika pola REE terntentu menggambarkan provenance atau kondisi lingkungan pengendapan, pola ini dapat terpreservasi selama proses diagensis.
Analisis isotop dari material karbonat lebih umum dipakai dalam aspek geokimia karbonat dibandingkan studi unsur jejak. Studi-studi isotop yang digunakan, dimanfaatkan untuk menunjukan nature (ciri alami) dan jumlah relatif dari kehadiran air selama pengendapan atau diagenesis (Land, 1980). isotop stabil yang dipakai disini adalah hidrogen, karbon, dan oksigen (rasio oksigen 18 dan 16 sering dipake disini).
Mekanisme dasar bagaimana presipitasi karbonat ini terbentuk secara kimiawi

Ketika karbon dioksida (CO2) larut dalam air akan menghasilkan asam karbonat (carbonic acid), selanjutnya asam karbonat ini akan terdisosiasi (terurai) ketika berada dalam air melepaskan ion hidrogen (H+) dan ion asam bikarbonat (HCO3-). Terlepasnya ion Hidrogen dari terurainya (terdisosiasi) asam bikarbonat (HCO3-) meningkatkan keasaman larutan (nilai pH menurun) rekasi terkahir (6.3) diatas menunjukan bahwa ion karbonat (CO3-) yang lepas inilah yang akan berikatan dengan kation-kation logam lain pembentuk mineral karbonat. menurut Boggs, penambahan CO2 pada reaksi ini menyebabkan disolusi (pelarutan) dari ion karbonat yang akan menurunkan pH (atau meningkatnya keasaman penyebab terlepasnya ion H dalam air pada reaksi pertama).
Jika kristal kalsit atau aragonit dapat bereaksi dengan larutan asam karbonat (carbonic acid) H2CO3 maka mineral mienral ini akan mudah larut (dissolved), reaksinya bisa disingkat seperti dibawah:



Presipitasi Karbonat Secara Anorganik

Kehilangan karbon dioksida yang signifikan melalui berbagai mekanisme mesti memicu terjadinya perseiptasi mineral kalsium karbonat. Dari data rekaman geologi yang diketahui air dekat permukaan di laut kelewat jenuh oleh larutan karbonat (diperkirakan enam kali disumbangkan oleh kalsit terlarut dan empat kali aragonit) (Morse dan Mckenzie, 1990). indikasi kelewat jenuh (oversaturasi) ini mengindikasikan keengganan (reluktansi) kalsium karbonat untuk mengendap.  Ada dua alasan kenapa mineral kalsium karbonat ini tidak terpresipitasi di luat seperti pada persamaan 6.4 diatas.
Pertama, magnitud perubahan pH yang hadir pada laut terbuka karena hilangnya karbon dioksida secara relatif kecil, hal ini disebabkan oleh air laut adalah larutan buffer yang baik.  Bufferingi ini terjadi karena porsi cukup dari karbon dioksida trlaurt dalam air laut membentuk disoisasi H2CO3 daripada harus melepas ion H+ (yang akan membuat larutan semakin asam), HCO3-, dan CO3- yaitu membentuk persamaan persamaan 6.2 dan 6.3 diatas. Reaksi buffer ini disebabkan oleh tingginya alkalinitas dari ari laut; maka, onsentrasi besar dari ion karbonat dan bikarbonat yang sudah ada sebelumnya di permukaan air di laut ini mencegah rusaknya (terurai or disosiasi) dari H2CO3 untuk membentuk ion ion tadi. Menurut beberapa penulis, pH yang dipertahankan oleh air laut ini berkisar antara 7.8-8.4 (Bathurst, 1975) (jadi air laut itu sifatnya larutan penyangga basa).
Kedua, kehadiarn ion Mg2+ pada konsetrasi yang dijumpai dalam air laut telah ditunjukan berdasarkan eksperimen cukup kuat mencegah presipitasi dari kalsit (CaCO3). Eksperimen oleh Berner (1975) menunjukan bahwa Mg2+ ini akan langsung menyerap permukaan dari kristal kalsit dan masuk kedalam struktur keristalnya. menurut Berner, adanya konsenrasi kation Mg di laut ini akan mencegah nukleasi pertumbuhan kalsit dan meningkatkan kelarutan kristal kalsit, karena stabilitas kristal kalsit menjadi menurun. Aragonit yang juga teridiri dari rumus kimia CaCO3 tapi memiliki struktur kristal yang berbeda (ortorombik) dengan kalsit (rombohedral). ion Mg y ang hadir akan menyerap nuclei aragonit dan mengganggu pertumbuhan kristal. maka, aragonit tidak terpesipitasi sempurna secara bebas di air laut, meskipun permukaan air jenuh dengan kalsium karbonat, kemungkinan juga organophospathic coating (selubung organofosfatik) yang tipis pada aragonit menjadi benih dari nuclei ini juga menghalangi pertumbuhan kristal (Berner, 1978).
Meskipun kalsit tidak terpresitpitasi secara bebas di laut modern karena kelimpahan ion Mg2+, akumulasi bukti terbentuknya presipitasi kalsit dan aragonit di laut purba dapat terjadi dengan menurnnya konsentrasi ion Mg2+ (Sandberg, 1983). Stanley dan Hardie menghubungkan nama nama dari prespitasi kalsit terhadap tingkat pergerakan dari pemekaran lantai samudra (rate of spreading). dimana pada fase ini terjadi penyerapan Mg di air laut oleh basalt di lantai samudra. maka karbonat seletal dan onskeletal terendapkan selama kamrian awal sampai missisippian tengah dan jurasik tengah dan tersier akhir secara dominan kalsitnya adalah low magnesian calcite, sementara pada missisipian tengah-jurasik tengah dan tersier akhir-kuarter secara dominan aragonit dan hihg-magnesian calcite

Presipitasi Karbonat Secara Organik
Presipitasi karbonat yang dibantu oleh organisme ada berbagai jenis mekanisme: bisa langsung dari ekstraksi CaCO3 yang terlarut dalam air, bisa lewat fotosintesis dari bakteri atau hewan laut yang bisa melakukan fotosintesis (kayak cyaobacteria) yang mengekstraksi CO2 di air buat biin karbohidrat, atau melalui mediasi bakteri, organic decay (matinya organisme yang mensekresi CO2, serta yang terkahir generasi pellet (peloid).
1.       Ekstraksi Langsung CaCo3 Dair Air Untuk Membentuk Elemen Skeletal.
Peranan yang paling penting dari organisme dalam menghasilkan karbonat adalah mengambil kandungan karbonat terlarut dalam air untuk membangun struktur cangkannya. Semua jenis sel hewan laut kebanyakan terbentuk melalui mekanisme ini. bentonik, planktonik, alga, coral, moluska, dan echinodermata mampu menyerap saturasi CaCO3 di  air laut khususnya di daerah tropis.
Kebanyakan organisme yang membangung material cangkang (skeletal) terbentuk dari kalsit magnesian rendah (low magnesian calcite), Sementara ada juga cangkang hewan yang tersusun dari hihg-magnesian calcite atau aragonit. Di dasar laut ditutupi oleh calcareous ooze yang secara dominan merupakan cangkang foraminifera, ada yang menyebutnya coccolithophores alga dan pteropods.

2.      Mediasi Bakteri Untuk Presipitasi Karbonat
Bakteri dapat memerankan peranan tidak langsng dalam presipitasi beberapa sedimen karbonat. Sebagai contoh Chafetz (1986) beranggapkan bahwa beberapa peloid marine berasal dari prespitasi kalsit atau magnesian kalsit halus disekitar gumpalan aktif produk aktifitas bakteri. Menyebabkan litifikasi dari microbial mats membentuk stromatolit (Buczynski dan Chafetz, 1993). Presipitasi kalsium karbonat melalui media mikroba berhubungan juga dengan fotosintesis dan transportasi ion melalui dinding sel. kalsifikasi hadir dibagian luar dari dindingn sel dalam lingkungan mikro alkalin ini, yang akan melepaskan Ca2+ yang diangkut dari sel dan akan terjadi pertukaran dengan mengangkur 2H+. kalsifikasi dihasilkan dari diserapnya CO2 (microalga) atau HCO3- (cyanobacteria). Melimpahnya karbon organik dalam dinding sel akan diserap dari sel ke lingkungan microalkaline, menyediakan sumber tambahan dari karbon untuk laksifikasi (Yates dan Robbins, 2001).
3.      Membusuknya Organisme Yang Mati (Decay Of Dead Organism)
Decay (pembusukan) akan melepaskan berbagai asam organik dan karbon dioksida ke air, menyebabkan keasaman bertambah (pH menurun). dengan kata lain, beberapa produk dari pembusukan dapat berupa alkaline (pH menurun) alkalinitias dapat meningkat karena material organik, berkaitan dengan reduksi sulfat oleh bakteri. meningkatnya alkainitas ini akan membantu presipitasi CaCO3.
e)Klasifikasi Batuan Karbonat
Berbicara klasifikasi karbonat berbeda dengan klasifikasi batuan sedimen silisiklastik lainnya. Perbedaannya terletak pada pada material komposisi karena batuan karbonat itu cenderung satu jenis yang dominan (mineral karbonat saja) maka penamaan yang dipakai lebih ke arah tekstural pada batuan (kalo batuan silisiklatik kan dominasi kristal yang hadir serta komposisi matriknya untuk pasir dan konglomerat) dikarbonat kombinasi komponen berbanding kombinasi persen matrik dan semen menjadi faktor utama penamaan batuan, ditambah mekanisme kenampakan genetis matrik yang mengikat fragmen (untuk yang biogenik).
1. Klasifikasi menurut Folk









Folk membuat klasifikasi berdasarkan apa yang dilihatnya melalui mikroskop atau lebih bersifat deskriptif, sedangkan Dunham lebih melihat batuan karbonat dari aspek deskriptif dan genesis, sehingga dalam klasifikasinya tidak hanya mempertimbangkan kenampakan dibawah mikroskop tetapi juga kenampakan lapangan (field observation).
Klasifikasi Folk menuntun kita untuk mendeskripsi batuan karbonat tentang apa yang dilihat dan hanya sedikit untuk dapat menginterpretasikan apa yang dideskripsi tersebut. Sebenarnya batuan karbonat merupakan batuan yang mudah mengalami perubahan (diagenesis) oleh karena itu studi tentang batuan karbonat tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak mengetahui proses-proses yang terjadi pada saat dan setelah batuan tersebut terbentuk.
Kelemahan klasifikasi Folk tersebut diperbaiki oleh Dunham dan membuat klasifikasi baru dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Kelebihan klasifikasi Dunham (1962) adalah adanya perpaduan antara deskriptif dan genetik dalam pengklasifikasian batuan karbonat.

2.      Klasifikasi menurut Dunham (1962)




Klasifkasi menurut Dunham

Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone.



Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.





Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya tidak perlu menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain dan mud. Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir seperti mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-sama berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.



3. Klasifikasi Menurut Embry & Klovan (1971)


 
Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan klovan ini merupakan modifikasi dari klasifikasi yang diusulkan oleh Dunham (1962).

4. Klasifikasi Menurut Mount (1985)

Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif. Menurutnya sedimen campuran memiliki empat komponen :
(1) Silisiclastic sand (kuarsa, feldspar yang berukuran pasir),
(2) Mud campuran silt dan clay),
(3) Allochem butiran karbonat seperti pelloid, ooid, bioklas, dan intraklas yang berukuran >20 µm), dan lumpur karbonat atau mikrit (berukuran <20 µm).
Komponen-komponen tersebut suatu tetrahedral yang memiliki pembagian delapan kelas umum dari sedimen campuran. Nama-nama tiap kelas menggambarkan baik tipe butir dominan maupun komponen antitetik yang melimpah sebagai contoh : batuan yang mengandung material silisiklastik >50 % berukuran pasir dengan sedikit allochem maka disebut allochemical sandstone.





BAB III
PENUTUP

a) Kesimpulan
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batuan karbonat yang kandungan material karbonatnya lebih dari 90% adalah batugamping. Pengklasifikasian bukan dari komposisi mineral, tetapi lebih berat kepada tekstur daripada batuan karbonat tersebut.

b) Kritik dan Saran
            Semoga kedepan Pak Hill lebih fokus kepada pengajaran kampus, mengingat materi yang diberikan langsung oleh Bapak lebih berharga daripada (mungkin) para mahasiswa belajar dari internet selama sebulan. Lebih dari apapun, mengingat Bapak yang paling menguasai petrologi, kami para mahasiswa Sttnas mampu mendeterminasi batuan secara teoritis dan praktis. Mungkin nilai UTS dan UAS kami tak pernah memuaskan Bapak, sebagai bahan koreksi Bapak dalam mengajar. Tapi fakta dilapangan berbicara, ketika kami mempunyai konsep dasar yang mengakar, maka apapun batuannya, maka pasti bisa terdeterminasi dengan baik. Semoga.

http://geologiterapan.blogspot.com/2011/12/klasifikasi-batuan  karbonat.html#H7hU6Vwr4Q  
Sedimentary Geology. Dept. Geoscience Taiwan.2001
http://www.eos.ubc.ca/courses/eos221/sed/carb/classification.html
http://www.eps.mcgill.ca/~courses/c186-425/carbonates.pdf
Buku Panduan Praktikum Batuan Karbonat UGM.   elisa.ugm.ac.id  / user/ archive / ...  /ca49df431397092cc65ffd0a8faad454
http://mandeleyev-rapuan.blogspot.com/2012/10/batuan-karbonat.html



seperti biasa yang mau download versi Docx-nya klik disini